Tugas Ulumul Qur’an

TUGAS TAKE HOME
MATA KULIAH ULUMUL QUR’AN

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mid Semester
Mata Kuliah Ulumul Qur’an

Oleh

M. ZUHRI NI’AM

NIM : 1101110289

Semester II

Kelas B

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
PONTIANAK
2011

1. Soal :
Paparkan selengkap mungkin tentang Alqur’an baik sebelum maupun seaudah masa Usman bin Affan ra dan lakukan analisis kritis atasnya !

Jawab :
Kodifikasi atau pengumpulan Al-Qur’an telah dimulai sejak turunnya Al-Qur’an. Sebagaimana daketahui, Al-Qur’an diwahyukan secara berangsur-angsur. Setiap Nabi menerima wahyu, Nabi SAW lalu membacakan dihadapan para sahabat karena beliau memang diperintahkan untuk mengajarkan Al-Qur;an kepada mereka ( Q.S.16:44 ). Di samping menyuruh sahabat menghafalkan ayat-ayat yang diajarkannya, Nabi juga memerintahkan sahabat yang pandai menulis untuk menuliskannya diatas pelepah-pelepah kurma,lempengan batu dan kepingan tulang.Sahabat yang pandai menulis juga sangat berhati-hati dalam menuliskan ayat-ayat.
Hal ini didorong oleh keyakinan mereka bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah yang harus dijadikan pedoman hidup,sehingga perlu dajaga dangan baik.Setelah ayat-ayat yang di turunkan cukup satu surat, Nabi memberi nama surat tersebut untuk membedakannya dari surat yang lain. Nabi juga memberi petunjuk tentang urutan panempatan suratnya. Penyusunan ayat-ayat dan penempatannya juga dilakukan berdasarkan petunjuk Nabi.Untuk menjaga kemurnian Al Qur’an, setiap tahun malaikat Jibril datang kepada Nabi untuk memeriksa bacaannya. Kemudian juga Nabi juga melakukan hal yang sama kepada sahabat-sahabatnya, sehingga dengan demikian terpeliharalah Al Qur’an dari kesalahan dan kekeliruan.
Rasullah tidak pernah menulis Al Qur’an karena beliau tidak pandai menulis dan membaca tetapi beliau sangat kuat untuk mendorong sahabat – sahabatnya untuk belajar baca tulis. Para tawanan perang badar yang pandai menulis oleh Rasulullah di minta untuk mengajar masyarakat sebagi tebusan kemerdekaan diri mereka. Selain itu, juga telah ada beberapa sahabat yang pandai baca tulis jauh sebelum mereka masuk islam. Sahabat – sahabat yang telah pandai baca tulis jauh sebelum mereka masuk islam sahabat – sahabat inilah yang aktif menuliskan wahyu untuk Rasulullah. Setiap kali Rasulullah menerima wahyu, para penulis itupun segera dipanggil uSntuk menulis dan mencatatnya disamping sahabat – sahabat yang menghafalnya.
Setelah hijrah kemadinah,. Nabi memiliki juru tulis khusus. Menurut M.M. Azmi (ahli sejarah) dalam bukunya, kitab an-nabi ada sejumlah 48 orang sahabat penulis Al Qur’an. Diantara mereka yang paling terkenal ialah Zaid Bin Tsabit. Sebelum rasulullah wafat, Al Qur’an secara keseluruhan telah selesai penulisannya dengan urutan surat – surat dan ayat – ayat berdasarkan petunjuk Rasulullah sendiri. Penulisannya dimasa itu masih menggunakan alat – alat yang sangat sederhana, seperti pelepah kurma, kepingan tulang, dan lempengan – lempengan batu, sehingga sulit dihimpun dalam satu kumpulan.
Setelah Rasulullah wafat dan Abu bakar dipilih menjadi kholifah. Tulisan-tulisan Al Qur’an yang berserakan pada pelepah-pelepah kurma,tulang dan batu-batuan tetap disimpan dirumah Rasulullah sampai terjadinya perang yamamah yang meranggut korban kurang lebih tujuh puluh sahabat penghafal Al-Qur’an, kemudian timbul kekhatiran dikalangan sohabat akan terjadimya perang lagi, yang akhirnya menyababkan hilangnya Al Qur’an. Umar bin Khattab lalu menyarankan kepada khalifah Abu Bakar agar menghimpun surat-surat dan ayat-ayat yang masih berserakan itu kedalam satu mushaf.
Pada mulanya abu Bakar berat menerima usulan umar karena pekerjaan seperti itu belum pernah dikerjakan oleh rasulullah. Setelah umar meyakinkan abu bakar bahwa pekerjaan pengumpulan alquran semata – mata unutk memelihara kelestarian alquran, barulah ia menyetujuinya. Abu Bakar lalu memerintahkan Zaid Bin Tsabit untuk memimpin tugas pengumpulan ini dengan dibantu oleh ubay bin kaab, ali bin abi thalib utasman bin affan dan beberapa sahabat lainnya. Meskipun Zaid Bin tsabit seorang penghafal Al Quran dan banyak menuliskan ayat – ayat di masa Nabi, ia tetap sangat berhati – hati dalam melakukan pengumpulan ayat – ayat alquran itu. Didalam usaha pengumpulan ini Zaid Bin Tsabit berpegang pada tulisan – tulisan yang tersimpan di rumah rasulullah, hafalan – hafalan dari sahabat, dan naskah –naskah yang ditulis oleh para sahabat untuk mereka sendiri. Zaid bin Tsabit menghimpun surat – surat dan ayat – ayat Al Qur’an sesuai dengan petunjuk Rasulullah sebelum beliau wafat dan menulisnya atas lembaran –lembaran kertas yang disebut suhuf.
Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar memiliki kelebihan sebagai berikut :
1. Dalam pengumpulan tersebut Abu Bakar membatasinya pada ayat-ayat yang belum dituliskan atau dihapus bacaanya dan memisahkannya dari selain Al-Qur’an.
2. Dalam Pengumpulan tersebut , Abu Bakar tidak menerima ayat, kecuali yang telah disepakati bersama bahwa Al-Qur’an memiliki riwayat mutawattir. Adapun tentang riwayat Zaid pada akhir surah Al-Baqarah, Anda telah mengetahui sendiri maksudnya.
3. Pengumpulan tersebut ditulis dalam “tujuh huruf” yang dengan huruf tersebut Al-Quran diturunkan.
4. Sistematisasi pengumpulan (penulisan) ayat tersebut sesuai dengan aturan yang kit abaca sekarang, tidak berdasarkan tertib surat sehingga setiap surat dapat ditulis tersendiri dalam lembaran-lembaran, kemudian lembaran-lembaran tersebut dihimpun dan digabungkan satu sama lain.
Ketika Umar menjabat khalifah mushaf itupun berada pada pengawasannya. Setelah umar wafat, mushaf ini disimpan dirumah Hafsah.
Pada masa kholifah Usman bin Affan ,timbul perbedaan pendapat dikalangan umat islam mengenai qira’ah, karena dikhawatirkan akan menimbulkan perselisihan, kemudian Hudaifah mengusulkan kepada kholifah Ustman agar menetapkan aturan penyeragaman bacaan Al-Qur’an dengan membuat mushaf Al Qur’an standar yang kelak akan dijadakan pegangan bagi seluruh umat islam. Menanggapi usul Hudaifah, lalu Usman msmbentuk panitia yang terdiri atas Zaid bin sabit sebagai ketua dan anggota-anggotanya adalah Abdullah bin zuber ,Sa’ad bin As, dan Abdurrahman bin haris. Kemudian Usman meminjam mushaf yang di simpan dirumah Hafsah,dan memberikannya kepada panitia yang telah terbentuk. Setelah tugas panitia selesai,Usman mengembalikan mushaf yang telah disalin itu kepada hafsah. Al-Qur’an yang telah disalin dengan dialek yang seragam di masa Utsman itulah yang disebut mushaf Utsmani.
Pengumpulan Al-quran pada masa Usman memiliki kelebihan sebagai berikut :
1. Di dalam pengumpulan tersebut ada pembatasan pada satu huruf (bahasa), yaitu bahasa Quraisy;
2. Di dalam pengumpulan tersebut ada pembatasan pada bacaan yang didasarkan pada riwayat-riwayat yang mutawatir yang bacaan yang telah dianggap tetap dalam penyajian yang terakhir, dan bukan ayat yang merekan tulis berdasarkan riwayat ahad, dan tidak pula ayat yang telah dihapus bacaanya.
3. Tertib susunan ayat-ayat dan surat-suratnya sebagaimana tertib yang dikenal sekarang.
4. Di dalam pengumpulan tersebut terjadi penanggalan titik dan syakal dan sesuatu yang bukan termasuk Al-Quran, berbeda dengan tulisan yang dimiliki oleh sebagian sahabat yang memuat sebagian penakwilan dan penafsiran-penafsiran terhadap sebagian lafazh-nya.
Usaha kodifikasi Al Qur’an dimasa Utsman membawa beberapa keberuntungan antara lain sebagai berikut;
1. Menyatukan umat islam yang berselisih dalam masalah Qiraah
2. Menyeragamkan dialek bacaan AL Qur’an.
3. Menyatukan tertib susunan surat – surat menurut tertib urut seperti dlam mushaf – mushaf yang di jumpai sekarang.
Dalam perkembangan selanjutnya, mushaf yang dikirimkan Utsman keberbagai propinsi islam pada saat itu mendapat sambutan yang positif dikalangan umat islam. Mereka menyalin dan memperbanyak mushaf itu dengan sangat hati – hati.
Bentuk Mushaf utsmani tulisan Al Qur’an masih memakai huruf – huruf khufi (huruf huruf yang berbentuk garis lurus tanpa titik dan baris). Namun hal ini tidak mempengaruhi bacaan Al Qur’an karena umumnya sahabat adalah orang – orang yang fasih dalam bahasa arab, bahkan kebanyakan mereka membaca Al Qur’an dengan lancar. Akan tetapi setelah banyak orang – orang non arab memeluk islam, timbul kesulitan besar dalam membaca tulisan Al Qur’an. Kalaupun ada yang bisa membacanya, maka pembacaanya banyak mengandung kesalahan dan kekeliruan akibat tidak adanya tanda – tanda baca yang memadai. Apabila keadaan ini dibiarkan berlarut –larut, dikhawatirkan akan timbul kekacauan dikalangan umat islam.
Analisis Kritis :
Dimanakah mushaf Utsmani berada sekarang ?
Penulis kitab Manahil Al-Irfan berkata “Kami tidak memiliki dalil atau petunjuk yang kuat atau pasti mengenai keberadaan Mushaf Utsmani sekarangterutama dalil yang menunjukkan tempatnya. Pengetahuan kami yang paling terakhir tentang mushaf itu adalah bahwa ibnu al-Jaziry melihat mushaf penduduk Syam dan juga sebuah mushaf di Mesir.
Adapun peninggalan mushaf-mushaf yang tersimpan di khazanah-khazanah kitab dan museum-museum di Mesir yang menurut suatu pendapat adalah mushaf-mushaf Utsmani, kami sangat meragukan kebenaran penyandraannya kepada Utsman r.a karena didalamnya terdapat lukisan-lukisan atau gambar-gambar yang diletakkan sebagai cirri yang membatasi antara surat-surat dan sebagai penjelas terhadap bagian-bagian Al-Quran. Padahal sebagaimana telah diketahui, mushaf Utsmani tidak memiliki titik dan syakal sekalipun.
2. Soal :
Lakukan pengkajian atas buku ajar pendidikan agama islam di sekolah atau madrasah dengan cara menganalisa ketepatan teks Al-Quran yang diajarkan atau dikutip dari aspek standarisasi tulisan berdasarkan mushaf Utsmani standar Indonesia.

Jawaban :
Setelah saya menganalisis surah Al-Kahfi:110, kemudian saya membandingkan antara ayat Al-Quran yang terdapat didalam buku ajar agama islam di madrasah aliyah dengan alquran standarisasi tulisan berdasarkan mushaf Utsmani dtandar Indonesia. Hasil dari pengamatan sayadi surah Al-Kahfi:110, ternyata, saya tidak menemukan perbedaan yang berarti, hanya ada satu huruf yang berbeda. Yaitu di dalam ayat yang terdapat di buku ajar, ada yang menggunakan hamzah, tetapi di dalam Al-Qur’an standar Indonesia tidak terdapat hamzah. Hanya itu perbedaanya,, selebihnya kurang lebih sama tidak ada perbedaan. Untuk lebih jelasnya akan saya tuliskan ayat yang terdapat di dalam buku ajar dengan ayat yang terdapat di dalam Al-quran standar Indonesia.

By M. Zuhri Ni'am

Tinggalkan komentar